Aceh Berseru Lewat Ingatan, Bukan Senjata Lagi
![]() |
Muhammad Furqan Ketua umum lembaga pers mahasiswa hukum Unimal) (dok/M. Furqan) |
LPMH:Aceh lagi-lagi bersuara bukan lewat senjata, tapi lewat ingatan panjang dan kesadaran sejarah. Di tengah sorotan publik, rasa kecewa yang dirasakan masyarakat Aceh sekarang bukan hal baru. Ini luka lama yang terbuka lagi. Bagian dari perjalanan panjang yang penuh perjuangan, air mata, dan pengorbanan. Saat status sebuah pulau diputuskan sepihak, Aceh merasa diabaikan. Seolah-olah dilupakan dari peta sejarah dan haknya sendiri.
Tapi rakyat Aceh tidak tinggal diam. Dari lorong-lorong kampung sampai ruang diskusi anak muda di kampus, semangat itu terus menyala. Ini bukan cuma soal batas wilayah, tapi soal harga diri dan sejarah yang harus dihormati. Apa yang dulu milik Aceh, nggak bisa seenaknya diambil begitu aja.
Dan di tengah dinamika ini, lahir suara-suara dari kaum muda. Mereka tidak cuma bawa data dan fakta, tapi juga nurani. Hadir sebagai penyambung harapan dan semangat perjuangan, dengan cara yang damai dan terarah. Karena perjuangan nggak selalu harus keras, tapi bisa lewat langkah yang bijak dan penuh cinta pada tanah kelahiran.
Republik ini memang satu, tapi Aceh punya identitas yang nggak bisa dihapus begitu aja. Seperti pepatah bilang, bambu nggak akan tumbuh jauh dari rumpunnya. Pulau itu tetap milik Aceh. dan akan selalu jadi bagian dari Aceh.
Dan sekarang, rakyat tidak hanya menuntut keadilan tapi juga tanggung jawab. Karena keputusan sepihak yang penuh luka ini nggak bisa dilewatkan begitu aja. Suara dari Aceh makin keras Copot Menteri Dalam Negeri.
Karena kalau pejabat pusat bisa seenaknya main tanda tangan tanpa dengar suara rakyat, maka dia juga harus siap dicopot oleh suara yang sama. (Penulis: Muhammad Furqan Ketua umum lembaga pers mahasiswa hukum Unimal).
Komentar
Posting Komentar