Dari Medan Tempur ke Kursi Kepemimpinan: Akan Seperti Apa Aceh di Tangan Dua Panglima?




Rabu 12 Februari 2025 dalam sidang paripurna DPRA (Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) Muzakir Manaf dan Fadhlullah resmi dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh periode tahun 2025-2029

Keduanya merupakan mantan pemimpin gerakan Aceh merdeka atau GAM di mana Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem merupakan mantan panglima GAM dan Fadhlullah merupakan mantan komandan operasi GAM wilayah Pidie.


Setelah pelantikan tersebut layak kita nanti  akan seperti apa Aceh di tangan kedua panglima di mana rakyat Aceh sangat menantikan akankah ada perubahan besar yang dilakukan atau justru ada tantangan-tantangan berat bagi keduanya untuk menyeimbangkan berbagai aspek termasuk ekonomi politik sosial dan yang terutama realisasi uupa, sebagai perwujudan dari perdamaian Aceh. 


Muzakir Manaf adalah mantan panglima GAM yang pada tahun 2002 menggantikan Teungku Abdullah Syafi'i yang syahid dalam sebuah pertempuran di perbukitan Jim Jim Pidie jaya ia juga merupakan ketua umum Partai Aceh partai lokal yang selama ini banyak menaungi para mantan kombatan GAM, sebelumnya Muzakir Manaf juga merupakan mantan wakil gubernur Aceh periode 2012-2017 di mana ia mendampingi mantan Menteri Kesehatan GAM Zaini Abdullah dan memenangkan pemilihan gubernur Aceh pada saat itu, pada tahun 2017 ia maju sebagai calon gubernur didampingi oleh Ta Khalid tetapi kalah oleh pasangan Irwandi Yusuf dan Nova iriansyah. 


Sementara Fadhullah adalah mantan komandan operasi GAM wilayah Pidie, ia juga merupakan anggota DPR RI dari partai Gerindra selama dua periode  2014-2019 dan 2019-2024 , ia juga merupakan ketua DPD partai Gerindra Aceh.


Dengan pengalaman yang dimiliki kedua eks Kombatan di dunia militer di maupun di dunia politik dan pemerintahan muncul pertanyaan akan seperti apa Aceh di tangan kedua panglima? 

Secara ekonomi Aceh pada saat ini mengalami peningkatan positif pada triwulan ketiga tahun 2024 pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai 5,17%, akan tetapi tantangan besar masih akan dihadapi oleh gubernur dan wakil gubernur yang baru kedepannya di mana akan ada penurunan alokasi dana otonomi khusus dan pada tahun 2027 seperti yang telah ditetapkan dana Otonomi Khusus untuk Aceh akan dihentikan, selain itu masih tingginya kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang terjadi di kalangan rakyat Aceh di mana ini menjadi sebuah permasalahan penting yang harus diselesaikan keduanya dengan mencari sumber pendapatan baru bagi APBA (anggaran pendapatan belanja Aceh) untuk menutupi kekurangan yang ditinggalkan dana Otsus, pengembangan sektor pariwisata dan pertanian juga peningkatan SDM perlu dilakukan untuk memberdayakan ekonomi serta menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk kepastian pertumbuhan ekonomi bagi Aceh yang memiliki potensi  sangat besar namun belum dikembangkan dengan maksimal baik itu di bidang pariwisata,perikanan dan sumber daya alam.


Dari segi infrastruktur kondisi infrastruktur Aceh pada hari ini menunjukkan perkembangan signifikan , hingga Oktober 2024 telah diresmikan 24 ruas jalan dan jembatan 14 kabupaten kota yang akan meningkatkan mobilitas dalam kegiatan ekonomi masyarakat hal ini yang nantinya perlu dilanjutkan dan ditingkatkan dan perlunya peningkatan di beberapa infrastruktur lain karena pada dasarnya infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat tidak hanya jalan dan jembatan tapi juga ada beberapa infrastruktur lain baik di bidang fisik,sosial maupun energi.


Selain itu dinamika politik dan stabilitas sosial antara pemerintah Aceh dan pemerintah pusat juga perlu dijaga dan ditingkatkan agar tidak terjadi ketegangan, kedekatan keduanya dengan presiden Prabowo Subianto menjadi modal besar dalam menjaga hal tersebut di mana dalam pemilihan presiden 2024 Muzakir Manaf bersama partai Aceh mendukung pasangan Prabowo dan Gibran begitu pula dengan Fadhlullah yang merupakan kader partai Gerindra partai yang mengusung Prabowo sebagai calon presiden. 


Aspek keistimewaan dan implementasi syariat Islam di Aceh di mana kebijakan pemimpin Aceh tentang keistimewaan dan penerapan syariat Islam akan menjadi sebuah langkah besar ke depan bagi Aceh yang disebut sebagai Serambi Mekkah hanya saja seperti yang kita ketahui pada saat ini akan terjadi banyak pelanggaran-pelanggaran syariat Islam dan juga kurangnya perhatian terhadap keistimewaan yang dimiliki Aceh baik itu dari pemerintah Aceh sendiri maupun pemerintah pusat .

Dengan  pengalaman keduanya sebagai panglima dan juga pengalaman di bidang perpolitikan dan pemerintahan mampukah kedua panglima membawa Aceh yang lebih baik dan memastikan jutaan rakyat Aceh mendapatkan manfaat dari kepemimpinannya dan memberikan kemajuan di berbagai bidang atau membawa Aceh terpuruk lebih dalam di berbagai aspek.

Kini, bola ada di tangan dua panglima ini. Rakyat Aceh menaruh harapan besar pada kepemimpinan mereka untuk membawa perubahan yang nyata. Tantangan berat menanti, namun dengan kebijakan yang tepat dan visi yang jelas, Aceh bisa bangkit dan menjadi lebih maju.

Namun, sejarah akan menjadi hakim. Apakah Muzakir Manaf dan Fadhullah akan dikenang sebagai pemimpin yang membawa Aceh menuju kejayaan, atau justru menjadi bagian dari kepemimpinan yang gagal menjawab harapan rakyat? Waktu yang akan menjawab.


 -Husnur Rizal (Ketua Umum LPMH Fakultas Hukum Unimal)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Universitas Malikussaleh Jadi Kampus dengan Jurusan Hukum Terbaik se-Indonesia Tahun 2025

BEM Unimal Lolos Seleksi Substansi Proposal Nasional PPK Ormawa 2025

BEM Unimal: Bobby Jangan Memperkeruh Susana